Sabtu, 04 Juni 2016

TEORI PENGAKUAN ASET

PENGAKUAN ASET
Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Disamping memenuhi definisi aset, kriteria keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Menurut Sterling, menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient) yang merupakan penguji yang cukup rinci untuk mengakui aset tersebut.
Berikut ini dijabarkan mengenai petunjuk teknis atau prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan FASB yaitu definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah pengakuan tersebut diperlukan karena kriteria pengakuan sifatnya konseptual atau umum, yaitu:
1.      Deteksi adanya aset.
Tujuannya untuk mengajui aset, harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset
2.      Sumber ekonomik dan kewajiban.
Tujuannya untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka, dibutuhkan dan berharga.
3.      Berkaitan dengan entitas.
Tujuannya untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4.      Mengandung nilai.
Tujuannya untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.
5.      Berkaitan dengan waktu pelaporan.
Tujuannya untuk mengakui aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
6.      Verifikasi.
    Tujuannya untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi

Buku Suwardjono

PENILAIAN ASET MENURUT FASB

Tanpa memperhatikan sifat masukan dan keluaran, FASB (Financial Accounting Standards Board) menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan. FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasikan dalam berbagai atribut penilaian.
Bila dikaitkan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat dijelaskan seperti berikut ini:
1.      Historical cost.
Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi.
2.      Current (replacement) cost.
Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang.
3.      Current market value.
Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya.
4.      Net realizable value.
Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
5.      Present (or discounted) value of future cash flows.

Piutang dan investasi jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

KOS ATAU PASAR YANG LEBIH RENDAH (KAPYLR)

KOS ATAU PASAR  YANG  LEBIH RENDAH (KAPYLR)
KAPYLR yaitu kombinasi nilai masukan dan nilai keluaran karena pengertian pasar dalam hal ini dapat berarti pasar barang masukan atau keluaran. Untuk sediaan barang, pasar mengacu ke nilai masukan karena barang biasanya dijual pada pasar yang berbeda dengan harga yang lebih tinggi. Untuk surat-surat berharga, mengacu pada nilai keluaran karena surat berharga dijual belikan pada pasar yang sama sehingga kos dan harga jual keduanya dipandang sebagai nilai atau harga keluaran.
Konsep penilaian ini didasari pada dasar konservatisma, artinya ketika dalam kondisi ketidakpastian, kreditor secara historis mendasarkan keputusannya pada nilai konversi aset yang terendah, sehingga penyajian aset dalam neraca juga rendah.
Nah, karena adanya penurunan nilai aset (khususnya pasa sediaan barang) pada akhir periode ini diakibatkan turunnya harga atau selera maka otomatis laba bersih akan menjadi lebih kecil. Sehingga penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah mempunyai banyak kelemahan sehingga banyak mengundang kritik.

Penilaian berdasarkan pada konservatisma ini dianggap lemah karena alasan berikut :
1.      Konservatisma cenderung merendahkan aset total.
2.   Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan berakibat lebih rendahnya biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada periode berikutnya sehingga labamenjadi lebih tinggi.
3.  Lebih tingginya laba ini diakibatkan oleh untung yang terrealisasi bersamaan dengan terjualnya sediaan barang.
4.      Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau anatar periode.

5.      Salah satu argumen digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi penurunan manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga atau kemampuan mendatangkan laba maka selayaknyalah bahwa kos juga harus diturunkan.


NILAI MASUKAN DAN NILAI KELUARAN

NILAI MASUKAN

Nilai masukan di dasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghasilan lainnya (non kas) yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha (perusahaan).
Ada beberapa dasar penilaian yang masuk ke dalam kategori nilai masukan, yaitu :
1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan pada saat terjadinya transaksi. Prinsip kos historis menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal dan biaya.
Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam tranksaksi. Harga perolehan ini harus terjadi pada seluruh traksaksi diantara kedua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh tranksaksi dengan pihak ektern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal dan transaksi lainnya. 
a.       Kos Bijaksana
Yaitu semua pengeluaran yang dikeluarkan secara hati-hati dan bijaksana untuk memperoleh fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud). Jadi, jika ada rugi/inefisiensi pada proses perolehan fasilitas fisik itu bukan merupakan kos. 
b.      Kos Asli
Yaitu kos fasilitas fisik (aktiva tetap berwujud) yang terjadi pertama kali dan diakui oleh perusahaan yang pertama kali menggunakan fasilitas fisik itu juga.
c.       Kos Standar
Yaitu kos produksi per unit yang seharusnya terjadi untuk waktu tertentu dengan asumsi bahwa produksi dilakukan dalam kondisi normal.

      2. Kos Pengganti
Yaitu jumlah rupiah / harga pertukaran yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama sejenis. Atau biaya penggantian aktiva milik perusahaan dengan aktiva lain yang sejenis atau sama fungsinya.
a.       Nilai Penaksiran
Yaitu nilai taksiran kos sekarang yang ditentukan dengan prosedur dan analisis secara sistematik oleh pihak independen yang kompeten dibidangnya.
b.      Nilai Wajar
Yaitu jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu objek, menggambarkan harga dimana aset dapat dibeli atau dijual dalam transaksi kini antar pihak secara sukarela, tanpa paksaan.
c.       Nilai terealisasi bersih dikurangi harga normal
Yaitu cara untuk menaksir kos pengganti atau kos sekarang.               

      3. Kos Harapan

Yaitu nilai pengorbanan ekonomik di masa mendatang, seandainya jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian (tidak sekaligus), atau nilai sekarang untuk pembayaran kas dimasa mendatang.




NILAI KELUARAN

Yaitu nilai yang didasarkan pada jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya (non kas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari unit usaha melalui proses pertukaran atau konversi.
Penilaian ini lebih berpaut dengan aset yang tujuannya adalah untuk dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk kegiatan produksi.

Ada beberapa dasar penilaian yang masuk ke dalam kategori nilai keluaran, yaitu :
1. Harga jual masa lalu
Yaitu menunjukan kas yang cukup pasti akan diterima dari pertukaran/konversi suatu pos aset yang timbul karena adanya suatu transaksi di masa lalu. Contoh nya : Piutang usaha

2. Harga jual sekarang
Yaitu menunjukan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan cara menjual aset dipasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi atau menjual asetnya secara normal.

3. Nilai terealisasi harapan
Yaitu penerimaan kas atau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Contohnya : investasi dalam obligasi, deposito berjangka dan piutang wesel jangka panjang


Created By : Meity Isanty

TEORI PENILAIAN ASET

PENILAIAN ASSET
Dalam akuntansi istilah penilaian dan pengukuran sering tidak dibedakan karena ada asumsi bahwa akuntansi itu menggunakan ‘unit moneter’ untuk mengukur makna ekonomik dari suatu elemen dalam laporan keuangan, salah satunya adalah dalam mengukur/menilai elemen asset.

Penilaian = Pengukuran

Dalam menilai suatu aset, maka kita akan menilai berapakah ‘jumlah rupiah’ yang harus dilekatkan pada elemen tersebut. Dan dalam proses penilaian tentunya ada beberapa yang harus dipertimbangkan, jadi kita harus tau ‘apa dasar penilaian’ dari aset tersebut.
Misalnya saja, kita akan menilai suatu Kendaraan (mobil) yang dibeli pada tahun 2013 seharga Rp.100.000.000,-. Selanjutnya, kita akan menilai ‘jumlah rupiah’ yang melekat pada mobil tersebut pada tahun 2015. Maka, hal pertama yang harus kita lakukan adalah menghitung beban penyusutan/depresiasi untuk mobil tersebut terlebih dahulu. Baru kemudian kita akan menilai ‘jumlah rupiah’ yang melekat pada mobil setelah dikurangi beban penyusutan.

Tujuan Penilaian Aset
Aset merupakan salah satu elemen pembentuk posisi keuangan (neraca), yang nantinya akan dijadikan informasi semantik bagi investor dan kreditor, sehingga tujuan dari penilaian aset ini berkaitan dengan tujuan dari pelaporan keuangan itu sendiri.
Apa tujuan pelaporan keuangan?
Tujuannya adalah untuk menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat dan ketidakpastian dari aliran kas bersih yang masuk ke badan usaha. Maka dari itu, dasar penilaian aset harus dikaitkan dengan ‘aliran kas ke badan usaha’ agar penilaian lebih relevan.
Aliran kas ke badan usaha ini dapat diprediksi melalui informasi semantik yang berupa:
1.      Posisi Keuangan
2.      Profitabilitas
3.      Likuiditas
4.      Solvensi
Keempat informasi tersebut dalam penentuan/penyusunannya melibatkan penilaian aset. Jadi, tujuan dari penilaian aset itu adalah untuk merepresentasikan pos-pos aset yang berpautan dengan laporan kuangan, tentunya dengan menggunakan basis-basis yang sesuai.

Konsep dan Basis Penilaian Aset
Konsep dasar penilaian, terbagi menjadi 2 dimensi :
1. Dimensi aliran aset
2. Dimensi waktu

Aset merupakan elemen penentu posisi keuangan pada saat tertentu, sehingga basis penilaian yang paling valid adalah harga/nilai pertukaran (exchange price/values). Kenapa nilai pertukaran dijadikan basis penilaian? Karena nilai pertukaran dianggap objektif sehingga memenuhi kualitas keterandalan informasi.
Nilai pertukaran itu sendiri dapat dipandang dari 2 sisi yaitu : pertukaran dalam pemrolehan, dan pertukaran dalam pemanfaatan aset.

Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemrolehan = Nilai Masukan
Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemanfaatan = Nilai Keluaran

Misalnya : Dalam penyajian aset untuk saat tertentu diletakan sebagai titik sekarang, nilai pertukaran yang dijadikan basis penilaian adalah masa lalu (past) atau masa mendatang (future). Perbedaan dimensi waktu dan arah inilah menghasilkan 6 basis pengukuran.


Nilai Masukan
Nilai Keluaran
Masa lalu
Kos Historis
Harga jual masa lalu
Sekarang
Kos Pengganti
Harga jual sekarang
Masa datang
Kos Harapan
Nilai terealisasi harapan


Nilai Pertukaran sebagai Basis Penilaian
Jadi, konsep nilai masukan dan keluaran itu sebenarnya berkaitan dengan konsep kesatuan usaha yang dianggap menguasai sumber ekonomik (aset) dan harus mempertanggungjelaskan aset tersebut.
Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa :
Basis penilaian kita adalah Nilai Pertukaran/Harga, Nilai pertukaran dipilih karena dianggap objektif dalam menilai sehingga memenuhi kualitas keterandalan informasi dan aliran kas yang relevan. Nilai pertukaran itu sendiri dapat diperoleh dari pemrolehan dan penjualan.
Kalau nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemrolehan maka itu berkaitan dengan Nilai Masukan, karena terjadi transaksi pertukaran (exchange) dalam rangka memperoleh suatu aset, hal ini menyebabkan aliran fisis/jasa masuk dan aset/atribut keluar. Sedangkan nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran penjualan maka itu berkaitan dengan Nilai Keluaran, karena terjadi transaksi pertukaran dalam rangka menjual suatu aset/objek jasa tertentu, hal ini menyebabkan aset/atribut berkurang dan aliran kas masuk. Dasar penilaian yang akan dipilih sebenarnya menggambarkan nilai pertukaran tersebut.

Created By : Meity Isanty